GAMBAR BERITA

GAMBAR BERITA

Senin, 02 Agustus 2021

SAYA KETURUNAN RAJA DAN BUDAK

Beberapa malam yang lalu saya membaca buku “KAHLIL GIBRAN: The Collected Works” dan saya tercekat dengan sebuah kalimat yang ditulis di dalam buku itu.

Okay, sebelum saya lanjutkan, saya akan cerita sedikit tentang siapakah Kahlil Gibran itu. Kahlil Gibran adalah seorang penulis, penyair dan seniman visual Lebanon-Amerika. Dia dilahirkan di sebuah desa di Mutasarrifate Mount Lebanon pada tahun 1883 dalam sebuah keluarga Kristen yang miskin dan pada tahun 1895 pindah bersama keluarganya ke Amerika Serikat. Karyanya yang paling terkenal adalah “The Prophet”, yang pertama kali diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 1923 dan sejak itu menjadi salah satu buku terlaris sepanjang masa, yang telah diterjemahkan ke lebih dari 100 bahasa. Gibran meninggal dunia pada 10 April 1931 dalam usia 48 tahun.

Nah itulah sekelumit tentang Kahlil Gibran. Jika ingin tahu lebih detail lagi, bisa Google tentang dia di internet.

Saya suka sekali membaca buku Gibran yang saya miliki sejak 11 Maret 2009. Dari waktu ke waktu saya selalu membacanya dan tak pernah merasa bosan. Malam itu saya amat tertarik dengan kalimat yang dia tulis di bagian “SAND AND FOAM: A BOOK OF APHORISMS” yang berbunyi demikian:

“Every man is the descendant of every king and every slave that ever lived”.

Yang kalu diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kira-kira demikian:

“Setiap orang adalah keturunan dari setiap raja dan setiap budak yang pernah hidup.”

Saya tercenung setelah membaca kalimat itu. Dan setelah saya pikir dalam-dalam, saya bisa melihat sebuah kebenaran secara logika tentang apa yang Gibran tulis.

Sekarang kita hidup di tahun 2021 dan dibelakang kita masih ada ribuan tahun lagi yang telah dilewati oleh umat manusia. Dan kita bisa melihat bahwa kita memiliki ratusan nenek moyang diatas kita hingga kita dilahirkan dan hidup di jaman ini. Sehingga amat masuk di akal jika di garis keturunan nenek moyang kita, ada yang raja dan ada pula yang budak. Ribuan tahun yang lalu loh, jangan lupa.

Sehingga kita bisa mengatakan bahwa ada darah ningrat (keturunan raja) yang mengalir dalam nadi kita. Tetapi jangan lupa, diwaktu yang bersamaan ada darah budak yang juga mengalir dalam nadi kita. Darah kita tidak murni ningrat dan tidak pula murni budak. Tetapi campuran dari keduanya.

Omong-omong soal keturunan, sebenarnya kita ini sudah campur aduk “stambum”nya. Contohnya saya sendiri. Orang akan mengatakan kalau saya ini etnik Chinese. Tetapi sebenarnya saya tidak murni Chinese, sebab “oma” (atau nenek) dari mama saya adalah orang Jerman, bukan Chinese. Sehingga dalam nadi saya ada darah Kaukasian yang mengalir. Mungkin juga ada campuran dari etnik lain-lain yang saya tidak pernah tahu. Karena itu tak seorangpun didunia ini yang memiliki darah yang murni dari etnik tertentu, semuanya telah tercampur.

Nah, kalau balik lagi ke kalimatnya Gibran maka kita bisa belajar sesuatu. Apakah itu?

Jika saat ini hidup kita lagi diatas, maka janganlah sombong. Sebab kita masih keturunan budak. Demikian juga jika saat ini hidup kita lagi ada dibawah, janganlah terpuruk dalam hidup. Kita harus ingat bahwa kita adalah keturunan raja, artinya kita masih punya “fighting spirit” (semangat juang) yang dimiliki raja-raja untuk bisa mencapai tampuk tertinggi dalam kerajaannya. 

Dengan adanya “raja dan budak” dalam diri kita, maka sikap apa yang bisa kita ambil dalam hidup ini?

Jawabnya adalah sikap rendah hati, “being humble”. Karena tidak ada yang bisa kita sombongkan, kan keturunan budak juga. Mau sombong apanya?

Sombong adalah kartu mati dalam hidup ini. Tidak ada orang yang mau menolong orang sombong dalam hidup ini. Tapi banyak orang yang mau mengulurkan tangannya untuk orang yang rendah hati.

Bahkan The Beatles dalam lagunya yang berjudul “I Am a Loser” terdapat kata-kata “And so it's true pride comes before a fall” (Jadi benar bahwa kesombongan datang sebelum kejatuhan)

Kita bisa melihat betapa Connor McGregor yang sombongnya minta ampun akhirnya harus menelan kekalahan dari Dustin Poirier dalam pertarungan di UFC barusan ini. Juga yang terjadi di One Pride Championship di Indonesia, Theodorus Ginting harus menerima kekalahan yang memalukan ketika dia harus berhadapan dengan Windri Patilima yang mana sebelumnya Theo demikian menyombongkan dirinya di dalam octagon.

Jadi sebaiknya kita tanggalkan kesombongan dalam hidup kita dan menempuh jalan kerendahan hati. Tidak peduli betapa banyaknya uang yang kita miliki, atau betapa pintarnya otak kita, tetap kita tidak punya modal untuk hidup dalam sebuah kesombongan.

Besok kalau kita bangun pagi dan setelah mandi dan berdiri di depan kaca untuk merapikan diri. Kita bisa mengatakan kepada refleksi kita yang muncul di kaca,”Kamu adalah keturunan raja dan budak. Tidak ada yang bisa engkau sombongkan, hiduplah dengan rendah hati”.

(Joseph Pratana)




Tidak ada komentar: