Yang dimaksud dengan orang positif dan orang negatif disini adalah orang yang memiliki pandangan tertentu terhadap hidup. Yang memiliki pandangan positif terhadap hidup dan yang memiliki pandangan hidup yang negatif. Dan itu terrefleksi pada sikap dan bahasa yang dia pakai dalam kehidupan.
Nah, kalau sekarang yaitu saat pandemi ini, maka orang lebih suka orang yang negatif. Orang positif yang dijauhi oleh orang banyak. Karena disini kita tidak berbicara tentang pandangan seseorang terhadap kehidupan, tetapi kepada hasil tes PCR untuk Covid-19.
Sehingga konteks amat menentukan sebuah kejadian atau keadaan.
Sama halnya dengan seseorang yang membawa tas Louis Vuitton asli dan dia turun dari bis angkutan umum. Maka orang akan bilang bahwa tas yang dia bawa pasti palsu. Tetapi jika seseorang membawa tas Louis Vuitton palsu dan dia turun dari mobil BMW seri terbaru, maka orang akan bilang bahwa tasnya adalah asli.
Maka konteks akan menentukan sebuah arti.
Itulah sebabnya jika kita mengambil sepotong kalimat dari sebuah paragraf, maka artinya akan menjadi berbeda jika kalimat tersebut berada di dalam paragrafnya. Dan hal inilah yang menimbulkan kesalahpahaman, kekacauan, bahkan kerusuhan di antara banyak orang ketika orang mengambil sepotong kalimat lepas dari konteksnya dan mem-viralkan di media sosial.
Dalam banyak hal dalam hidup ini, kita harus bisa melihat sebuah kejadian dalam konteks yang benar. Baru bisa menemukan arti yang sebenarnya.
Kita akan menjadi jengkel ketika melihat seorang ibu muda yang membiarkan anaknya bertingkah laku yang menjengkelkan di sebuah ruang tunggu bandara udara. Tingkah laku anaknya yang menjengkelkan sudah masuk kedalam kategori mengganggu orang lain. Dan ibu muda ini seakan tidak ambil pusing dengan apa yang dilakukan oleh anaknya. Maka semua orang akan merasa tidak suka kepada ibu muda ini. Tetapi jika kita diberitahu bahwa ibu muda ini baru dari upacara pemakamanan suaminya yang meninggal karena kecelakaan dan sekarang dia lagi hendak ke luar kota ke rumah orang tuanya. Maka sikap kita kan berubah melihat kondisi ibu muda itu.
Prasangka (prejudice) membuat kita salah menilai sebuah keadaan atau orang lain.
Yang kita butuhkan adalah menahan diri untuk membuat sebuah keputusan sebelum kita bisa melihat konteks secara utuh terhadap apa yang sedang terjadi, yang kita lihat oleh mata kita. Dan ini akan membuat kita jauh lebih bijak daripada kita memutuskan untuk menyuarakan sesuatu tanpa tahu konteks keseluruhan dan “berteriak” seakan kita adalah orang yang paling tahu dan paling benar.
Bersuara paling awal belum tentu menunjukkan bahwa kita paling pintar. Dan bersuara paling akhir belum tentu menunjukkan kita ketinggalan.
(Joseph Pratana)
Photo by Craig Adderley from Pexels
Tidak ada komentar:
Posting Komentar