GAMBAR BERITA

GAMBAR BERITA

Kamis, 12 Agustus 2021

HIDUP KELUAR DARI "MAINSTREAM"

Ada seseorang yang kerjaannya bangkrut dan kondisi ekonominya amat sangat memprihatinkan sampai-sampai dia harus numpang di apartemen temannya. Profesinya adalah menulis cerita untuk film. Dan dalam keadaan terpuruk ini dia mendapat ide untuk menulis sebuah cerita horor yang nantinya akan dia jual untuk dibikin film. Hanya saja cerita horor yang akan dia tulis ini akan berbeda dengan cerita film-film horor yang pernah diproduksi sebelumnya.

Biasanya film-film horor waktu itu selalu mengisahkan sebuah kisah horor dengan bumbu perempuan-perempuan cantik dengan baju yang amat seksi dan akan mati di sepanjang film. Nah, orang ini tidak ingin bikin cerita yang seperti itu. Dia ingin bikin cerita horor yang tidak ada perempuan cantik dan seksi di kisahnya. Teman yang punya apartemen dimana dia menumpang, sempat meragukan idenya ini. Karena idenya agak tidak lazim.

Kelihatannya orang ini sudah bulat tekadnya untuk menulis kisah horor yang berbeda untuk film. Dan dia menjalankan ide nya untuk menyelesaikan kisah horor yang dia kehendaki.

Dan jadilah kisah horor yang dia impikan. Dan jadilah cerita yang dia tulis menjadi sebuah film.

Orang itu bernama Dan O’Bannon, dan cerita horor yang dia tulis difilmkan menjadi sebuah film dengan judul “Alien”. Dirilis pada tahun 1979 dan menjadi film terbaik tahun 1979 (nomor 1 dari 100 judul film yang dirilis tahun 1979 berdasarkan Rotten Tomatoes). Dan kita tahu betapa film ini menjadi salah satu tolok ukur untuk film-film horor yang diproduksi setelahnya.

Apa yang O’Bannon lakukan adalah menentang arus yang sedang ada. Dia tidak mau menulis sebuah kisah horor yang sama dengan yang dibuat oleh kebanyakan penulis film lainnya. Istilah jaman sekarang adalah keluar dari “mainstream” (mainstream: arus utama, konotasi hari ini: seperti yang dilakukan oleh banyak orang)

Untuk keluar dari “mainstream” dibutuhkan keberanian yang besar. Bayangkan melakukan sesuatu  atau membuat sesuatu yang tidak sama atau tidak dikehendaki oleh khalayak ramai. Totally different. Sesuatu yang berbeda.

Kebanyakan orang lebih suka “playing safe” atau bermain aman. Kalau semua orang suka merah, ya kita lakukan merah saja, jangan warna lain. Nanti dikomentari, dikata-katain sama banyak orang. Nanti dibilang kita ini tidak waras. Nanti dibilang “apa elu gak lihat sekeliling elu”. Hidup yang aman aman saja, bro. Nah, ini adalah kalimat yang paling sering kita dengar waktu kita mau melakukan sesuatu yang agak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh banyak orang.

Itulah sebabnya saya katakan “untuk keluar dari mainstream” butuh “a big courage” (keberanian yang besar)

Ketika Richard McDonald dan Maurice McDonald memutuskan hanya menjual burger saja di restorannya pada tahun 1948, maka banyak orang juga menganggap ini ide yang gila. Karena semua restoran di Amerika pada saat itu menjual bukan hanya burger saja tetapi banyak macam makanan lainnya. Dan hari ini, kita semua tahu apakah keputusan yang “keluar dari mainstream” itu sebuah kesalahan besar atau tidak.

Jangankan keputusan dalam dunia bisnis, kadang kala saat kita mau memakai baju atau kaos dengan gambar tertentu, kita mikir dulu, “Apa ya kata orang kalau aku memakai baju atau kaos ini?”. Pemikiran semacam ini yang muncul dipikiran kita. Benar nggak? Padahal ini hal yang sederhana.

Kalau sudah berusia seperti saya. Tahun ini saya berusia 58 tahun. Orang biasanya akan berkomentar seperti ini:  “Tidak ngaca, ya. Umur berapa elu?” atau “Sudah lewat umurnya” dan banyak lagi lah.

Secara pribadi saya tidak mikir kalau saya sudah tua, saya hanya berpikir bahwa saya sudah tidak muda seperti dulu lagi, tetapi saya masih belum tua. Dan kalau saya mau melakukan sesuatu yang saya sukai, selama itu tidak menyalahi orang lain, maka saya akan lakukan dan tidak peduli dengan apa kata orang. Yang penting saya merasa “happy” saat saya melakukan itu.

Ada satu permainan kartu yang saya amat sukai, yaitu “Magic The Gathering”. Sampai hari ini saya masih suka dan senang untuk bermain kartu ini. Walaupun kalau mau dikumpulkan semua pemain kartu ini yang ada di Surabaya, maka saya adalah yang paling tua umurnya.

Ada orang yang berkomentar, “Berjiwa muda, Pak Joseph”. No, saya tidak memikir seperti itu. Yang saya pikir adalah saya melakukan sesuatu yang saya sukai dan saya happy. I wanna enjoy my life.

Sejak istri saya, Martha, meninggal dunia pada 8 September 2019, saya selalu memakai baju hitam setiap hari ketika saya keluar rumah hingga hari ini. Bagi saya ini adalah sikap perkabungan saya terhadap kepergian istri saya. Dan saya tidak ambil pusing dengan apa kata orang. I am okay for doing this. Sampai kapan memakai baju hitam? Sampai selamanya.

I am what I do. I am not what other people do. Live your life to the fullest. Saya adalah apa yang saya lakukan. Saya bukanlah apa yang orang lain lakukan. Jalani hidup Anda sepenuhnya.

(Joseph Pratana)

Photo by Brett Sayles from Pexels


Tidak ada komentar: