Oh, man. Tinggi badan saya 175 cm, dan sekarang berat badan saya cuman 59 kg. Pantesan setiap kali pas saya mau mandi dan berdiri di depan kaca, saya seperti melihat tengkorak.
Saya memang selalu punya masalah dengan berat badan. Seperti kebanyakan orang, pasti punya masalah dengan berat badan. Bedanya kalau orang lain terlalu gampang untuk naik berat badannya, tapi kalau saya sulit untuk menaikkan berat badan. Sulit untuk naik berat badannya itu tidak masalah. Masalah terbesar bagi saya adalah jika saya skip 1 kali makan dalam 1 hari. Besoknya berat badan saya langsung turun. Drastis ya!?
I know, it sounds crazy but it’s true.
Dua bulan yang lalu sebelum PPKM, berat badan sudah 63 kg. Awal tahun 2021, berat badan masih 65 kg. Berat badan 65 kg ini saja sudah bikin saya pusing karena seharusnya 67 kg. Saat latihan Muay Thai, berat saya 67 kg. Sekarang malah jadi 59 kg.
Apakah turunnya berat badan dikarenakan makan makanan “plant based”? Kan saya sempat share beberapa waktu yang lalu kalau masa PPKM saya berusaha jadi vegan.
Semalam waktu Michelle dan Nina order Burger King (Nina lagi gandrung sama “plant-based burger”nya Burger King), saya bilang ke mereka, “Papi titip belikan ayam goreng”.
Mereka langsung shock, “Kok tumben minta ayam goreng, pi !?”.
Karena saya sudah frustasi saja.
Akhir tahun 2017, tepatnya Desember 2017 hingga Januari 2018, saya sakit flu amat berat. Dan saya kehilangan berat badan hingga 59 kg juga. Dan butuh waktu beberapa bulan untuk bisa kembali menjadi 65 kg.
Well, saya juga tidak tahu akan membutuhkan waktu berapa lama untuk bisa kembali menjadi 65 kg. Hopefully, bisa mencapai 67 kg.
Ada teman yang menghibur saya, dan dia bilang begini,”Tidak apa apa kurus, yang penting sehat”.
Sehat sih saya suka, siapa yang tidak suka kalau badan sehat. Yang tidak saya sukai itu kurusnya. Karena kalau memakai jas atau turtleneck tidak bisa kelihatan okay. Saya adalah orang yang amat peduli dengan penampilan. Amat sangat peduli.
Michelle pernah bilang gini,”Lihat perut mu, pi. Bagus kan. Kamu lihat teman-teman mu, perutnya kan gede-gede semua”.
Untuk yang satu ini memang saya berterimakasih kepada Tuhan. Saya bukan orang yang perutnya “jemblung” dalam usia yang hampir 60 tahun.
Beberapa bulan yang lalu, waktu masih 65 kg beratnya. Michelle pernah melihat saya tidak memakai baju dan dia berkata, “Perutnya papi ada garisnya”.
Yang dimaksud adalah garis yang turun dari atas (tulang rusuk) kebawah, yang biasanya ditengah ada six-pack nya. Cuman dalam hal ini perut saya tidak ada six-pack nya. Ini adalah hasil latihan Muay Thai selama 6 tahun.
Pelatih Muay Thai saya pernah berkata kalau saya adalah tipe orang yang kalau tidak berolahraga akan turun berat badannya. Benar atau tidak ada orang macam seperti ini, saya juga tidak tahu.
Dari orang yang berlatih Muay Thai seperti orang gila, sampai keringat bercucuran seperti orang disiram air kepalanya, hingga berhenti latihan sama sekali karena pandemi. Itulah saya.
Kemarin siang, saya sudah mulai membersihkan sepeda-sepeda saya, baik yang road bike, MTB dan 1 lagi sepeda MTB frame 26 (yang saya beli tahun 2004). Sebenarnya saya sudah bersepeda tahun 2003 hingga 2006 memakai sepeda MTB frame 26. Berhenti bersepeda tahun 2005 karena kecelakaan.
Akan mulai bersepeda lagi, dalam usaha untuk menaikkan berat badan. I feel stupid, you know. The whole thing, I feel so ridiculous.
Ceritanya kali ini saya curhat dalam artikel yang saya tulis. Sorry about it.
(Joseph Pratana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar