Tidak banyak orang yang tahu kalau saya ini bukan orang yang kecanduan atau ketagihan minum kopi. Mendiang istri saya, Martha, dan kedua anak saya, Michelle dan Nina, mereka tahu kalau saya tidak ketagihan kopi. Saya minum kopi dalam satu hari hanya 1 kali saja, yaitu satu mug yang berukuran 350 ml. Itu adalah ukuran kopi “size Tall” kalau kita beli kopi di Starbucks. Sudah itu saja. Dan kalau di rumah, saya selalu minum kopi setelah makan siang atau sore hari. Seperti saat ini, saya lagi mengetik artikel (Sabtu, 31 Juli 2021, jam 15:42) sembari minum kopi “Banyu Arum Coffee” type “Nakula Blend” (please do check their instagram @banyuarumcoffee.id)
Dulu sebelum PSBB atau PPKM, kalau saya ke mall dan mampir di Starbucks (selalu mampir sih) dan beli kopi disana, maka setelah itu saya tidak akan bikin kopi di rumah. Karena bagi saya sudah habis jatah minum kopinya hari itu.Pernah suatu saat saya mampir di Starbucks Tunjungan Plaza 5 dan memesan “brewed coffee”. Saat itu barista yang melayani saya namanya Joy dan dia yang membuat kopi untuk saya, Sumatra Coffee dengan mesin Digital Bunn. OMG, luar biasa enaknya. Sampai saya bilang ke Joy,”Ini Sumatra black coffee yang paling enak, yang pernah saya minum”. Waktu anak saya, Nina, tahu bahwa saya suka dengan kopi yang lagi saya nikmati, dia menyarankan saya untuk nambah lagi. Dan saya menolak, sambil berkata,”No, Nina. Cukup sekali saja minumnya. Biar enak nya linger di mulut, lidah dan pikiran. Next time bisa minum lagi. Kalau nambah lagi, enjoyment nya akan hilang”.
Pernah juga ada pengalaman lain di Starbuck Supermall. Setelah kopi habis saya minum, saya mengembalikan mug ke “service bar”. (Saya selalu mengembalikan mug dan membersihkan meja sehabis saya minum kopi di Starbucks). Dan anak-anak Starbucks (saya selalu menganggap barista Starbucks sebagai anak-anak saya, karena usia mereka sama dengan anak-anak saya) lagi bikin kopi dengan “french press” dan mereka menawari saya. It’s free, you know. Dan saya menolak karena jatah minum kopi saya hari itu sudah habis.
Itulah saya, coffee once a day is enough. Betapa pun inginnya saya untuk minum kopi lagi (maksud saya minum yang kedua dalam hari itu), saya selalu menahan diri untuk tidak minum.
Bagi saya jika sudah ketagihan minum kopi, maka kenikmatan minum kopi itu akan hilang. Sering saya mendengar teman yang bercerita kalau dia tidak minum kopi, maka dia akan mengalami kepala pusing yang amat sangat hari itu. Dan setelah minum kopi maka pusingnya akan hilang.
So, what is the good of drinking coffee if it is only to make your headache go away? Lantas, apa gunanya minum kopi jika hanya untuk menghilangkan sakit kepala?
Minum kopi itu untuk dinikmati. It is an art, the art of drinking coffee. Mug dipegang di tangan. Dihirup aromanya sebelum diminum. Nikmati aromanya dalam-dalam. Setelah itu dihirup sedikit dan diputar di lidah dan dirasakan perlahan (biasanya sambil tutup mata). Kemudian ditelan dengan perlahan. O man, that is the enjoyment of drinking coffee.
Nah, kalau sudah ketagihan, mana bisa menikmati kopi dengan cara seperti itu. Kan sudah aja keburu untuk diminum karena kepala sudah pusing nya minta ampun. Then, you lost the art of drinking coffee. Kemudian, Anda kehilangan seni minum kopi.
Jika tidak minum kopi dalam satu hari, apakah jadi masalah bagi saya? No, tidak sama sekali. Saya sempat tidak minum kopi selama satu (1) bulan dan saya tidak “sakauw”. Bahkan kalau lagi repot dengan pekerjaan selama seharian, saya bisa kelupaan minum kopi hari itu. Setelah malam baru teringat kalau belum minum kopi. So, drinking coffee everyday is not a must. Minum kopi setiap hari bukanlah keharusan.
Juga bagi saya jika saya ketagihan kopi, maka saya merasa ada sebuah “kekuatan” yang mengontrol dan memerintahkan saya untuk minum kopi. I hate it. Saya tidak suka ada “sesuatu” yang mengontrol saya diluar kemauan saya. Nah, kalau ini masalah filosofi hidup saja sih. Saya tidak suka dikuasai dan dikontrol oleh sesuatu diluar kemauan saya. It is like being bound by something not myself. Ini seperti terikat oleh sesuatu yang bukan dari diri saya.
Bayangkan hidup dalam sebuah kehidupan yang dikuasai oleh orang (atau sesuatu) dan kita kehilangan kebebasan kita dalam mengatur hidup kita. Kita akan kehilangan “the enjoyment of living this life”. Even though we know that “total freedom” is only an illusion. Walaupun kita tahu bahwa “kebebasan total” hanyalah ilusi.
Ya, inilah sedikit berbagi tentang kebiasan saya minum kopi.
(Joseph Pratana)
Photo by Cihan KAHRAMAN from Pexels
Tidak ada komentar:
Posting Komentar