GAMBAR BERITA

GAMBAR BERITA

Minggu, 25 Juli 2021

SAYA MENGGORENG TELUR SETIAP HARI


Sejak dulu ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya sudah suka menggoreng telur sendiri. Dan saya suka menggoreng telur dengan mencampurkan apa saja yang ingin saya “mix” dengan telur yang saya goreng.

Beberapa hari yang lalu saya bilang ke Michelle dan Nina kalau saya mengalami kesulitan untuk membalikkan telur yang saya goreng, sehingga ketika saya “memaksa” telur untuk saya balik, telur nya hancur berantakan. Dan saya tahu masalahnya adalah di alat untuk menggoreng, yaitu di spatula. Karena spatula yang saya pakai terbuat dari kayu sehingga ujung spatula agak sedikit tebal, kira-kira 0,5 cm. Sehingga ketika saya berusaha untuk memasukkan ujung spatula kebawah telur untuk membalikkan telur, maka bukan nya ujung spatula masuk dibawahnya telur tetapi malah mendorong telur untuk keluar dari frying pan. Ini membuat saya sedikit frustasi karena akhirnya telur yang saya goreng hancur.

Nina kemarin beli secara online spatula yang ujungnya tipis terbuat dari silikon tahan panas dan kemarin sore spatula yang baru sampai di rumah.

Saya langsung mencoba untuk menggoreng telur dan wow… dengan mudahnya saya bisa membalikkan telur yang saya goreng dan hasilnya telur gorengnya tidak seperti habis dilindas ban sepeda.

The right tool for the right purpose. Alat yang pas untuk tujuan yang pas pula. Kalau alat tidak pas, maka tujuan akhir tidak akan tercapai dan akan berantakan.

Demikian dengan masa pandemi yang sudah berlangsung selama satu setengah tahun. Membutuh cara berpikir yang pas untuk bisa bertahan hidup dalam masa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah umat manusia sebelumnya.

Mereka yang tadinya berjualan dengan mengandalkan konsumen datang dan membeli dari tokonya harus mengubah cara mereka berpikir dan cara mereka melakukan bisnisnya, menjadi toko online. Karena orang sekarang lebih suka membeli barang dengan cara online karena merasa lebih aman.

Sudah lama istilah “borderless office” (kantor tanpa batasan) kita kenal. Orang bekerja tidak dengan batasan jam 09:00 hingga 17:00. Dan orang tidak bekerja dalam sebuah tempat yang mana dia harus datang dan bekerja, yaitu kantor dimana dia bekerja. Tetapi istilah “borderless office” hanya berjalan pada perusahaan yang bergerak dibidang IT (information technology) dan sedikit dipraktekkan di luar bidang itu. Saya tahu sebuah perusahan IT yang mana orang-orang yang bekerja ada di LA, Texas, Jepang dan Indonesia. Dan saya jarang mendengar sebuah perusahaan yang bukan berbisnis IT melakukan “borderless office”

Tetapi pandemi yang menyapu kehidupan diseluruh dunia, membuat budaya bisnis di seluruh dunia berubah total. “Borderless Office” menjadikan sebuah pilihan yang tidak bisa tidak harus diterima. Orang menggunakan istilah berbeda untuk istilah ini yaitu, WFH (work from home), bekerja dari rumah. Dan ini mewarnai semua lini bisnis yang ada di seluruh dunia, bukan hanya bisnis yang bergerak dibidang IT.

Waktu telah berubah dan membutuhkan cara berpikir baru dan cara berbisnis yang baru. Bahkan membutuhkan cara yang baru untuk hidup.

Pertanyaannya, “ Apakah jika pandemi telah berlalu maka kehidupan akan menjadi sama lagi seperti kehidupan sebelum pandemi?”.

Jawabannya adalah TIDAK.

James Clear (penulis The Atomic Habit) mengatakan:

“Rata-rata, dibutuhkan lebih dari 2 bulan sebelum perilaku baru menjadi otomatis — tepatnya 66 hari. Dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membentuk kebiasaan baru dapat sangat bervariasi tergantung pada perilaku, orangnya, dan keadaannya. Dalam penelitian Lally, dibutuhkan waktu antara 18 hari hingga 254 hari bagi orang untuk membentuk kebiasaan baru. Dengan kata lain, jika Anda ingin menetapkan harapan Anda dengan tepat, kebenarannya adalah Anda mungkin membutuhkan waktu antara dua bulan hingga delapan bulan untuk membangun perilaku baru ke dalam hidup Anda - bukan 21 hari.“

Dan pandemi ini telah berlangsung lebih dari 8 bulan, bahkan akan lebih lagi sebelum pandemi ini akan berlalu sama sekali.

Dengan kata lain kehidupan umat manusia telah dan akan berubah total karena pandemi ini.

So we need the right way of thinking to live in the new world in and after the pandemic. Jadi kita membutuhkan cara berpikir yang benar (yang pas) untuk hidup di dalam dunia baru dan di dunia setelah pandemi.

Bukan saja dalam cara kita berbisnis, tetapi cara kita beribadah pun akan mengalami perubahan. Cara orang merayakan pernikahan juga telah berubah dan akan lebih berubah lagi. Cara anak-anak kita belajar dalam menuntut ilmu juga akan mengalami perubahan.

Life will totally change eventually. Hidup akan benar-benar berubah pada akhirnya.

Jika kita tidak mau mengubah cara berpikir kita, maka akan seperti spatula yang salah untuk menggoreng telur dan telurnya hancur berantakan. Dan hidup kita akan hancur berantakan karena kehidupan di dunia telah berubah dan tidak sama lagi, jika kita tak mengubah cara berpikir lama kita dengan yang baru.

(Joseph Pratana)

https://jamesclear.com/new-habit

Photo by Klaus Nielsen from Pexels



Tidak ada komentar: