Saya menulis ini bukan maunya membahas dari sudut pandang politik, tetapi saya lebih melihat dari sudut pandang psikologi nya.
"Warung makan, pedagang kaki lima, lapak jajanan dan sejenisnya yang memiliki tempat usaha di ruang terbuka, diizinkan buka dengan protokol kesehatan ketat sampai pukul 20.00. Waktu maksimum makan setiap pengunjung 20 menit dan kami sarankan selama makan karena tidak pakai masker jangan banyak berkomunikasi," kata Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dalam konferensi pers virtual, hari Minggu 25 Juli 2021.
Tadinya kan hanya boleh order makanan dan dibawa pulang, dilarang makan di tempat. Alias “takeaway” atau “to go” atau “ta pauw”.
Dan PPKM yang barusan berlalu kan sudah melahirkan banyak protes karena pedagang makanan kecil seperti warung, omset nya melorot bahkan tidak ada sama sekali karena mereka kan mengandalkan pelanggan yang makan di tempat. Pelanggan mereka tidak sama dengan pelanggan depot atau resto besar yang sudah biasa dengan tradisi pesan makanan “takeaway”.
Tetapi social-distancing harus dilakukan karena ini satu satunya cara untuk memutuskan rantai penularan Covid-19. Dan kalau model PPKM yang melarang makan ditempat diteruskan, maka kuatir bisa terjadi gelombang protes yang lebih besar dan dikuatirkan akan berakhir dengan demonstrasi.
Maka diumumkanlah PPKM yang memperbolehkan makan di tempat bagi pedagang warung makan, tetapi sebatas hanya 20 menit. Lebih longgar kan, tidak seketat PPKM yang terdahulu.
Kemudian muncul banyak meme di sosial media yang lucu-lucu, misalnya yang lagi makan di warung bilang demikian:
“Kalo saya nambah es jeruknya, masuk durasi 20 menit, nggak?”
“Waduh saya pelanggan yang keduapuluh belum dilayani, keburu abis dah waktu 20 menitnya. Makan aja belum”
“Jangan pesan yang gorengan. Nelan nya sulit, ntar 20 menit kagak keburu”
So basically, pada dasarnya kalau makan sendirian maksudnya tidak ada konsumen lain yang makan ditempat dan langsung pesan, langsung makan, maka 20 menit adalah waktu yang cukup. Makan 1 piring rawon atau 1 mangkok soto dalam 5 menit sudah pasti habis dah. Hla kalo pesan nasi goreng. Masaknya aja lebih dari 5 menit, belum lagi makannya. Kan panas. Kalo keburu makan (ngejar durasi 20 menit nih) yang namanya bibir kita bisa jadi seperti disetrika. Bisa “ndombleh” bibir kita sampai rumah.
Jadi bagaimana? Ya dibungkus yang paling tepat. Takeaway, to go, ta pauw.
Jadinya sih sama dengan PPKM yang barusan berlalu tetapi lebih persuasive untuk menyuruh takeaway-nya. Tidak dengan tegas dikatakan “harus dibungkus” tapi boleh makan di tempat tetapi jangan lebih dari 20 menit.
Ini yang dituliskan oleh Robert B. Cialdini, Ph.D. di dalam bukunya “INFLUENCE: The Psychology of Persuasion. “Prinsip perilaku manusia yang terkenal mengatakan bahwa ketika kita meminta seseorang untuk membantu kita, kita akan lebih berhasil jika kita memberikan alasannya. Orang-orang hanya suka memiliki alasan untuk apa yang mereka lakukan.”
Kalau kita ngomong nya secara frontal maka akan gagal total, tetapi kalau lebih persuasive maka akan lebih berhasil.
Saya pernah mengantri panjang untuk membayar di sebuah pasar swalayan di Surabaya. Barang yang saya beli hanya 1 item. Saya melihat beberapa ibu-ibu yang mengantri di depan saya, semuanya membawa trolley yang penuh dengan belanjaan. Saya mikir, kalau untuk bayar 1 item aja akan butuh waktu hingga lebih dari 30 menit, wah ini tidak masuk akal. Maka saya bilang demikian kepada ibu-ibu yang mengantri di depan saya, “Maaf saya minta ijin, bolehkan saya membayar lebih dahulu. Saya hanya beli 1 barang saja”. Dan semuanya tanpa keberatan memperbolehkan saya membayar terlebih dahulu. Tetapi jika saya ngomong bukan seperti itu, tetapi saya ngomong nya demikian,”Maaf saya bayar dulu, kalian belanjanya banyak sekali. Sepertinya saya bakal dimaki sama ibu-ibu yang mengantri di depan saya.
Maka kalau dibilang PPKM diperpanjang tapi boleh makan di tempat tidak lebih dari 20 menit, akan lebih halus dan tidak menimbulkan gelombang protes daripada bilang PPKM diteruskan dan tetap harus “takeaway”. Pemilik warung akan bilang begini,”Dibungkus aja ya, gak keburu kalo makan disini. Masih banyak yang ngantri”. Nah, kan….
Lebih “persuasive” kan…
(Joseph Pratana)
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5656416/waktu-makan-di-warung-cuma-20-menit-luhut-jangan-banyak-ngobrol
Photo by Janam Thapa, edited by Joseph Pratana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar