Hari ini saya dapat kiriman kopi biji sebanyak 2 kantong dari Ryan Kuswardi, seorang anak muda pecinta kopi yang memiliki usaha kopi “Banyu Arum Coffee”. Anda dapat berkunjung di instagram nya di @banyuarumcoffee.id
Dua kantung biji kopi “house blend” yang diracik sendiri olehnya dan diberi nama “Nakula Blend” dan “Sadewa Blend”. Nama yang diambil dari dua saudara kembar dari dunia wayang, anak kembar dari Dewa Aswin. Saya sendiri memang suka cerita wayang sejak saya masih duduk dibangku SD.
Saya baru mencoba yang “Nakula Blend” (70% Robusta dan 30% Arabica, roasted: medium to dark), saya seduh dengan cara “coffee drip”. 20 gram biji kopi, saya giling halus (fine) dan air sebanyak 300 ml.
Ketika saya buka dari kantong nya tercium bau aroma “nutty” yang lembut wangi (arum, kalau bahasa Jawa). Setelah kopi jadi di mug, tercium aroma “nutty” yang lebih kuat. Saya “slurp”..... hmmm, nutty di lidah saya. Terasa lembut dan tidak berat, karena ini bukan “dark roasted”. Dan “after taste” nya amat wangi dan terasa santai. Menjadikan sore hari saya lebih terasa “arum”.
Itulah kopi, yang bukan sekedar minuman yang berwarna hitam. Tapi sebuah minuman yang setiap dari jenisnya memiliki karakter yang berbeda-beda. Jika di meja kita dapati ada 10 jenis kopi, maka akan ada 10 jenis karakter kopi yang berbeda dari tiap jenisnya. Spesifik, unik dan …. menggoda. Menjadikan dunia kopi, sebuah dunia yang amat luas dan tanpa batas.
Seperti manusia yang tidak memiliki karakter yang sama satu sama lainnya. Tiap dari kita memiliki karakter yang berbeda walaupun dua orang saudara kembar sekalipun. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, manusia menjadikan kehidupan sebuah kisah panjang yang luas dan tanpa batas.
Kadang kadang kopi yang masih biji, jika kita cium aromanya dari kantongnya akan tercium aroma yang biasa saja. Tetapi setelah menjadi minuman kopi dan kita nikmati akan terasa amat luar biasa di lidah kita. Dan “aftertaste” akan membuat kita ingin untuk menikmatinya lagi dan lagi.
Demikian juga dengan manusia. Kita juga bisa melihat seseorang yang tampaknya biasa saja dan tidak punya penampilan yang meyakinkan. Tetapi setelah kita terlibat dalam sebuah pembicaraan dengannya, maka kita akan terheran-heran dengan kepintaran dan pengetahuan yang dimiliki oleh orang itu dan betapa ramah dan lucu orangnya. Yang “aftertaste” nya membuat kita ingin bertemu dan berbincang bincang lagi lebih lama.
Bagi saya kopi merefleksikan kehidupan manusia di dunia ini.
Tanaman kopi yang tumbuh diantara tanam coklat akan memiliki karakter yang terasa coklat. Dan bagi yang tumbuh diantara pohon jeruk akan terasa “citrus”nya.
Bukankah manusia juga dipengaruhi dengan lingkungan dimana dia tumbuh menjadi sesosok manusia?. Manusia tumbuh dengan belajar dari lingkungan sekitarnya dan itu akan mewarnai karakternya. Manusia adalah mahluk sosial yang dipengaruhi dan mempengaruhi. Dan manusia merefleksikannya dalam tingkah lakunya dari apa yang ada didalam dirinya. Yang mana “dalam dirinya” terbentuk dari apa yang dialami selama hidupnya.
Itulah sebabnya saya tidak pernah menghakimi kopi dari ciuman pertama di kantong sampai saya menikmati minuman kopi di lidah saya. Saya juga tidak akan menghakimi orang lain dari tampak luarnya sampai saya bisa mengenal dia lebih dekat.
Apakah dari kopi kita bisa belajar tentang manusia dan kehidupan ini atau, dari manusia kita bisa belajar tentang kopi dan dunianya?
Anda sendiri yang bisa menjawab ini.
Jangan lupa untuk berkunjung ke instagram @banyuarumcoffee.id dan mencobanya kopi racikan Ryan.
(Joseph Pratana)
Photo by Toni Cuenca from Pexels
Tidak ada komentar:
Posting Komentar