"Besok siang kita lunch bareng ya," ajak Polan.
"Sorry, aku tidak bisa," jawab Tolan.
"Kenapa kok tidak bisa?", tanya Polan.
"Iya, aku ada keperluan", jawab Tolan lagi.
"Keperluan apa?", kejar Polan.
"Urusan kerjaan", Tolan menjelaskan.
"Kerjaan apa, penting sekali tah?", Polan terus mengejar.
"Ehm,.... iya penting", jawab Tolan lagi.
"Urusan apa sepenting itu", tuntut Polan.
Pembicaraan diatas itu fiksi aja, tetapi kita sering berada dalam situsai semacam itu. Mungkin dalam bentuk yang lain tetepai situsainya sama.
Situasi apa yang dimaksud?
Situasi dimana ketika kita memberikan jawaban yang mana kita tidak bisa memenuhi ajakan atau undangan seseorang dan orang itu mengejar seakan ingin tahu sejelas-jelasnya kenapa kita tidak bisa.
Saya tidak tahu apakah ini budaya di masyarakat orang Timur atau di Indonesia saja. Tetapi kejadian ini sering sekali kita alami.
Ketika kita menjawab bahwa kita tidak bisa memenuhi ajakan seseorang dan hanya menjawab "Maaf, saya tidak bisa". Seharus nya kita memiliki semua hak untuk tidak memberikan keterangan lebih lanjut kenapa kita tidak bisa. Dan kita tidak punya kewajiban untuk memberikan jawaban yang lebih detil kepada orang itu.
Kecuali saja hal ini terjadi dalam lingkup kerjaan dan kita harus menjelaskan dengan detil kenapa kita tidak bisa memenuhi sebuah ajakan atau tugas dalam urusan resmi kerjaan atau bisnis. Tetapi dalam hubungan sosial antar pertemanan, kita tidak memiliki kewajiban untuk menjelaskan sedetil-detilnya kenapa kita tidak bisa. Dan orang itu tidak punya hak untuk bertanya sedetil-detilnya kepada kita tentang ketidakbisaan kita.
Tetapi toh hal semacam ini terjadi setiap harinya. Dan hal semacam ini yang kadang-kadang membuat seseorang atau kita terpaksa memberikan alasan yang bukan sebenarnya atau "bohong" dikarenakan kita tidak bisa mengutarakan alasan yang sebenarnya.
Misalnya Loki sedang berantem dengan istrinya dan tahu-tahu temannya mengajak dinner bersama, suami dan istri. Loki tahu pasti dengan suasana yang serba kaku dengan istrinya akan menjadikan suasana dinner akan menjadi tidak menyenangkan jika ia memenuhi undangan dinner temannya. Dan juga, belum tentu istri Loki mau untuk pergi dinner. Maka Loki menolak undangan temannya.
Loki: "Sorry, bro, gua gak bisa kali ini."
Temen: "Kenapa gak bisa? Sudah lama kita tidak dinner bersama-sama."
Loki: "Iya bener. Cuman kali ini gak bisa."
Temen: "Nah, iya. Kamu gak bisa itu kenapa?'.
Loki: "Lagi ada urusan."
Temen: "Urusan apa sih?"
Loki: "Urusan keluarga."
Temen: "Urusan keluarga apaan sih?"
Loki: "Hm... mertuaku datang." Loki sudah berbohong.
Loki tidak bisa mengutarakan alasan yang sebenarnya karena dia malu untuk mengungkapkan ke temannya kalau dia lagi berantem dengan istrinya. Tetapi karena dia "didesak dan dipaksa" untuk menjelaskan ketidakbisaannya, maka ia terpaksa berbohong.
Seharusnya ini tidak perlu terjadi jika temannya cukup bisa menerima jawaban Loki bahwa dia tidak bisa dinnner dan temennya cukup bisa menghormati jawaban itu dan tidak berusaha untuk tahu lebih jauh lagi.
Hal seperti ini sering terjadi dikehidupan sehari-hari disekitar kita. Seseorang bukan berbohong untuk menipu orang lain, tetapi dia berbohong karena dia tidak bisa mengungkapkan hal yang sebenarnya ketika dia dikejar dengan "pertanyaan ingin tahu dari orang lain".
Seseorang yang dalam kondisi finansial yang jelek akan menolak jika ia ditawari untuk membeli barang atau diajak pergi pelesir keluar kota atau luar negeri. Tetapi jika jawaban "saya tidak berminat membeli" dan jawaban "saya lagi tidak pingin pelesir" tidak bisa diterima begitu saja oleh yang menawari dan dicerca dengan pertanyaan yang pingin tahu. Maka dipastikan dia akan berbohong karena dia tidak bisa menjelaskan kondisi finansial yang sebenarnya.
Beberapa minggu yang lalu saya diajak lunch oleh seorang teman. Saya dan teman saya menyetujui untuk lunch bareng pada tanggal tertentu. Pada tanggal yang telah kita setujui untuk lunch bersama, pagi harinya saya menerima berita di Blackberry saya bahwa dia tidak bisa lunch hari itu. Dan jawaban saya hanya satu kata: "Okay".
Saya tidak perlu mengejar dengan pertanyaan supaya dia menerangkan kepada saya kenapa dia tidak bisa lunch. Saya percaya bahwa teman saya pasti punya alasan yang kuat hingga dia membatalkan lunch yang sudah kita setujui bersama. Dan saya menghormati posisinya.
Ada seorang teman yang mengeluh kepada saya. Dia menceritakan ketika dia diajak oleh temannya untuk datang kesebuah acara dan dia tidak bisa, maka dia dicerca dengan pertanyaan yang amat mendetil. Teman saya bilang kalau dia harus ke Jakarta. Maka dia dikejar dengan pertanyaan, ada urusan apa di Jakarta.
This is crazy, you know. It doesn't make sense at all.
Itulah sebabnya jika anda yang membaca tulisan saya ini dan kebetulan anda adalah type orang yang suka mengejar dengan pertanyaan kepada orang yang menolak undangan atau ajakan saudara, please, mohon hentikan kebiasaan ini. Mohon hormati hak-hak pribadi mereka untuk tidak menjelaskan kepada saudara kenapa mereka menolak ajakan atau undangan anda.
Jangan paksa mereka berbohong. Karena tidak ada seorang manusiapun yang suka dibohongi. Dan berbohong bukanlah hal yang baik. Bagi yang berbohong atau yang dibohongi. (Joseph Pratana)
http://www.quickteambuildingactivities.com/wp-content/uploads/2014/09/rss-lie.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar