GAMBAR BERITA

GAMBAR BERITA

Rabu, 15 Juli 2015

DAN SAYA TAHU TERIAKAN ITU ADALAH BAHASA JAWA

"Sekali lagi, sekali lagi!!", kata teman saya yang mem-foto saya, meminta saya untuk diambil gambar saya beberapa kali lagi.

Saat itu saya lagi di Scenic World, Blue Mountain, Australia, di bulan Oktober 2011.

Sebenarnya saya sudah ingin berhenti untuk berfoto lagi, karena sudah difoto beberapa kali tetapi teman saya masih meminta untuk mengambil gambar saya lagi. Saya melihat beberapa meter di depan saya serombongan pemuda dan pemudi lagi menunggu giliran untuk berfoto di spot dimana saya lagi berdiri. Dan saya tahu pasti bahwa rombongan itu adalah dari Indonesia.

Selagi teman saya jeprat-jepret memfoto saya, saya mendengar salah satu pemuda itu berteriak, "Gentenan, rek!!". Dan saya tahu teriakan itu adalah bahasa Jawa atau logat Suroboyoan yang artinya adalah: "Gantian"

Saya tersenyum waktu mendengar itu, dan saya kemudian berteriak menyahut,"Engko disek!!". Yang dalam bahasa Jawa artinya adalah: "Sebentar lagi".

Begitu saya selesai berteriak, pemuda yang tadi meneriaki saya menyahut dengan suara cukup keras,"Oalah wong Suroboyo tah. Nak pikir turis Jepang. Wis gak opo opo, terus no ae!!". Yang artinya adalah: "Oh, orang Surabaya toh. Saya pikir turis Jepang. Sudah tidak apa apa, teruskan saja".

Dan semua teman-teman nya tertawa semua.

Disini terlihat bahwa bahasa bisa menyatukan manusia. Terutama saat kita di negara orang. Begitu kita mendengar bahasa yang kita tahu berasal dari daerah yang sama dengan kita, maka rasa kebersamaan akan segera terasa.

Rombongan pemuda-pemudi itu merasa tidak berkeberatan untuk menunggu saya berfoto lebih lama lagi setelah mereka tahu bahwa saya adalah "arek Suroboyo", sama dengan mereka. Padahal ketika mereka menyangka saya adalah turis Jepang pada awalnya, mereka keberatan untuk menunggu giliran mereka.

Bulan November 2012, ketika saya lagi tinggal di Hilton, Pasadena, USA dan pada malam hari saya teringat harus mengambil sebuah titipan teman yang ditaruh di reception hotel. Saya segera turun dan menuju ke reception yang mana saat itu yang bertugas adalah seorang wanita berumur 20 tahunan, etnik China.

Reception di Hilton, Pasadena
Dalam bahasa Inggris, saya bertanya apakah ada titipan untuk kamar dimana saya tinggal. Dan dia memeriksa dan memang ada barang titipan untuk saya. Dan dia memberikan kepada saya.

Dibelakang saya berdiri seorang laki-laki berusia antara 65 - 70 tahunan, seorang kulit putih lagi menunggu giliran.

Petugas receptionist sembari memberikan barang yang dititipkan untuk saya, dia bertanya saya berasal dari mana.

"From Indonesia", jawab saya.

"What city?", tanya dia lagi.

"Surabaya", jawab saya lagi.

Kemudian dia berkata,"Hlo, aku ini ya dari Surabaya, zuk". (Zuk adalah kependekan dari zuzuk yang dalam bahasa Mandarin artinya adalah paman atau om)

Meledaklah tawa diantara saya dan dia. Sepertinya ada tembok yang runtuh diantara kita. Terjadilah percakapan dalam bahasa Indonesia dan bercampur dengan gaya Suroboyoan.

Mendadak sontak kita bisa menjadi demikian akrab seakan kita sudah saling mengenal cukup lama. Tanpa sadar kita bertukar kata cukup lama sampai saya sadar ada orang yang menunggu lama dibelakang saya. Dan ketika saya menoleh ke pria berumur yang berdiri dibelakang saya, saya melihat dia tersenyum sembari mengawasi saya dan si receptionist yang lagi bercakap-cakap. Saya meminta maaf kepada dia karena dia menunggu lama, dan saya jelaskan kepada dia dalam bahasa Inggris bahwa kita berasal dari negara yang sama. Dia tertawa dan tidak berkeberatan.

Sekali lagi, bahasa menyatukan kita. Bahasa yang sama membuat kita menjadi dekat, terutama saat kita berada disebuah negara asing.

Ini adalah sebuah kisah dimana kita bisa melihat the power of  a language.

(Joseph Pratana)

Tidak ada komentar: