Saya memberikan uang kepada orang yang bertindak sebagai penjaga mobil (dalam hal ini petugas parkir yang tidak resmi), ketika saya akan meninggalkan tempat dimana saya habis memarkir mobil saya.
"Terima kasih, pak", kata saya ketika dia menerima uang yang saya berikan.
"Ngapain kamu berterima kasih sama tukang parkir? Itu sudah kerjaannya dia", kata teman saya yang duduk disebelah kiri saya.
"Tidak apa apa. Biar hatinya dia senang", jawab saya.
Mengucapkan kata "terima kasih" memang sudah menjadi salah satu kebiasaan saya. Selain saya memang benar-benar berterima kasih atas apa yang telah orang lain lakukan kepada saya, saya juga ingin orang lain merasa terhargai atas keberadaan mereka. Walaupun orang lain melihat apa yang saya lakukan ini tidak masuk akal dan tidak perlu.
Seperti ketika saya masuk ke toilet di mall dan disana ada petugas toilet yang saat dia tidak sedang membersihkan toilet, dia berdiri di dekat pintu masuk toilet. Nah, setiap kali saya meninggalkan toilet, saya selalu tidak pernah lupa berkata "terima kasih" kepada mereka.
Andaikata saya tidak mengucapkan kata "terima kasih" kepada mereka, apakah saya bersalah? Jawabannya juga "tidak bersalah".
Kadang orang bilang, bahwa dia akan berterima kasih kalau saja si petugas toilet membukakan pintu saat dia mau masuk atau keluar. Jika tidak, maka tidak perlu berterima kasih.
Mungkin itu filosofi yang mereka yakini. Saya memiliki filosofi yang agak berbeda dalam hal ini. Eventhough I know it sounds stupid for some people.
Saya berterima kasih kepada mereka supaya mereka merasa terhargai atas keberadaan mereka, dalam hal ini sebagai petugas toilet. Itu adalah alasan pertama bagi saya. Dan alasan kedua adalah, saya ingin membuat hati mereka senang. I wanna make them happy.
Kadang sebagian orang menganggap ucapan terima kasih kepada orang lain tidaklah selalu harus diberikan. Mereka baru akan mengucapkan terima kasih, jika mereka merasa bahwa orang lain itu benar-benar layak untuk menerima "terima kasih". Kadang juga status sosial yang mereka miliki juga membuat mereka sulit untuk berkata "terima kasih" kepada orang lain yang dimata mereka memiliki status sosial yang lebih rendah. Dan yang terakhir ini yang menurut saya adalah rasa arogansi feodal yang masih menguasai sebagian orang.
Saya memiliki pengalaman tentang ini disebuah mall di Surabaya, tepatnya di Delta Plaza Mall (sekarang namanya Plasa Surabaya) di Jalan Pemuda. Tapi kejadian ini sudah lama berlalu, kurang lebih 20 tahun yang lalu. Saat itu saya cukup sering ke Delta Plaza, karena anak saya yang pertama, Michelle, baru berusia setahun dan saya sering ajak dia bermain di Tunjungan Plaza dan Delta Plaza (saat itu mall di Surabaya ya cuman ada dua itu saja).
Kisahnya begini, setiap kali saya meninggalkan Delta Plaza, saat saya keluar dari portal parkir yang di Jalan Pemuda, saya melihat petugas (orang yang sama) yang ada di gardu wajahnya amat tidak bersahabat dan sikapnya dingin. Dan setiap saya memberikan karcis parkir, saya selalu mengucapakan terima kasih kepadanya. Awalnya dia tidak bereaksi sama sekali dan tetap menunjukkan sikap yang sama. Tetapi dengan berjalannya waktu, beberapa bulan telah terlewati, petugas itu mulai bisa bereaksi dengan sikap yang lunak. Dia dengan tersenyum dan membalas dengan berkata,"Selamat jalan bos". Dan setelah itu dia bereaksi dengan sikap yang amat berbeda dengan sikapnya di masa yang lampau.
Dari pengalaman ini saya mengambil kesimpulan, bahwa kata "terima kasih" mampu merubah sikap sesorang yang menerimanya menjadi lebih positif.
Sebulan yang lalu saat saya keluar dari Darmo Park, di Jalan Mayjen. Sungkono. Saat itu waktu sudah agak malam, lebih dari jam 10 malam. Saya melihat petugas parkir di portal keluar adalah seorang bapak dengan seragam satpam. Wajahnya kelihatan capek. Saya membuka kaca jendela mobil saya, mengulurkan karcis parkir dan saya berkata, "Terima kasih, pak". Seketika itu saya melihat perubahan wajah yang drastis di muka petugas itu. Mendadak sontak menjadi ceria dan berkata, "Hati-hati di jalan, pak."
It is a magic, right. Kata "terima kasih" itu seperti sebuah kata ajaib yang mampu merubah "mood" seseorang.
Dan ini gratis, kita tidak perlu bayar untuk memberikan kata ini kepada orang lain. Kita juga tidak kehilangan apa pun dari harta kita setelah kita mengatakan kata itu. Juga tidak membuat kita kehilangan "dignity" setelah kita mengucapkan kata itu kepada orang lain.
Kalau di kisah yang lain saya selalu mengatakan bahwa saya melakukan sebuah perbuatan baik kepada orang lain, bukan untuk orang lain tetapi untuk diri sendiri. Yaitu saya menjadi sebuah pribadi yang lebih baik lagi jika saya melakukan perbuatan baik bagi orang lain. Tetapi untuk yang satu ini, saya mengucapkan terima kasih bukan untuk supaya diri sendiri menjadi lebih baik, tetapi untuk supaya orang lain menjadi lebih baik. Supaya orang lain merasa punya harga diri atas keberadaan mereka. Supaya orang lain merasa punya arti atas apa yang mereka kerjakan. Supaya orang lain merasa memiliki bagian yang berguna dalam hidup ini.
Mungkin anda yang membaca tulisan saya ini ada yang tidak setuju dengan pemikiran saya. Tetapi itu tidak akan menghentikan saya untuk tetap mengatakan kata ajaib ini, yaitu: Terima Kasih, kepada orang lain.
Always make others feel good about themselves by saying thank you for what they do, no matter how insignificant it is.
And thank you for reading my article.
3 komentar:
Luar biasa Pak Joseph. Saya salut dengan pemikiran dan sikap Bapak. "Terima kasih" ucapan yang juga menjadi kebiasaan saya yang saya berikan kepada siapapun orang itu. Pengalaman Bapak, sama dengan pengalaman saya, "Terima kasih" memang bisa mengubah seseorang yang dingin menjadi hangat, yang suram jadi cerah, dan benar, membuat seseorang merasa dihargai, dan memang selayak dan sepantasnya kan kita selalu menghargai semua orang, siapapun itu.
Tidak salah saya followed fb Bapak untuk selalu mengikuti tulisan2 mengenai realita yang Bapak alami, dan saya suka dengan tulisan Bapak.
Saya tunggu tulisan2 Bapak yang lainnya. Terima kasih untuk sharingnya :)
Terima kasih, Rina Ong.
Hatur nuhun
Posting Komentar