Saya yang berdiri disebelah ibu itu dan lagi menandatangani struk kartu kredit untuk bisa masuk ke lounge, dapat mendengar dengan jelas perkataan petugas lounge.
Saya menoleh kearah ibu yang masih muda itu. Usianya belum 25 tahun dan tangan kirinya mendekap bayi yang digendongnya. Umur bayi kira-kira 6 bulan, sedang tertidur. Tangan kanan ibu itu terulur untuk memegang kembali kartu kredit yang disodorkan oleh petugas lounge. Kartu kredit jenis Gold. Untuk bisa masuk ke lounge, haruslah memakai kartu kredit yang Platinum. Di wajahnya nampak tergambar kekecewaan.
Setelah selesai tandatangan, saya mengambil kartu kredit Platinum milik saya yang lainnya, yang masih tersimpan di dompet saya, yang saya letakkan di meja saat saya menandatangani struk untuk masuk lounge.
Sambil memberikan kartu kredit Platinum milik saya ke wanita petugas lounge yang sedang melayani ibu muda itu, saya berkata, "Use mine." Pakai kartu saya, itulah arti dari kalimat yang katakan dalam bahasa Inggris.
Ibu muda itu kaget dan menoleh kearah saya.
Saya melihat kearahnya dan tersenyum.
"It's okay." kata saya lagi
Wanita petugas lounge menggesek kartu kredit saya.
"Thank you, susuk." kata ibu muda itu kepada saya.
Susuk adalah panggilan dalam bahasa Mandarin yang artinya sama dengan om atau paman.
Saya tersenyum kembali dan berkata, "Kamu masuk saja."
Ibu itu masuk kedalam lounge dengan menggendong bayinya.
Saya masih menunggu untuk kembali menandatangani struk dari kartu kredit yang dipakai untuk ibu itu masuk.
----------
Kejadian ini telah lama terjadi, sekitar 4 tahun yang lalu, ketika saya hendak pergi ke Jakarta dengan flight sore hari. Saat itu Juanda hanya ada satu terminal, yaitu Terminal 1 yang sekarang ini. Dan kisah ini kembali muncul dalam pikiran saya waktu hari Rabu kemarin saya ke Jakarta dan masuk ke Blue Sky Lounge di Terminal 1.
----------
Setelah semua proses untuk bisa masuk ke lounge selesai. Saya berjalan masuk ke dalam lounge sambil menarik traveling bag saya.
Di dalam lounge cukup banyak orang, dan untungnya saya masih bisa untuk mendapatkan tempat duduk. Setelah meletakkan traveling bag saya di kursi, saya mengambil teh untuk minum.
Setelah mengambil teh, saya kembali untuk duduk dan mulai menikmati teh tanpa gula yang saya ambil. Ketika saya minum teh itu, saya melihat ibu muda tadi duduk agak jauh dari tempat saya. Duduk di antara keramaian banyak orang. Dan saya melihat dia menciumi bayinya dengan amat bahagia. Rupanya bayinya yang tadi tidur sudah terbangun.
Sambil memegang cangkir teh dengan kedua tangan saya dan bibir saya masih menempel diujung cangkir, saya terus mengamati ibu muda yang lagi amat bahagia dengan bayinya.
Mendadak saya bisa merasakan kebahagian yang ibu muda itu alami dengan bayinya. Saya ikut merasa bahagia. Saya bahagia karena saya telah melakukan sesuatu yang bisa membuat orang lain bahagia.
Yang saya lakukan bukan hal yang spektakuler dan ekstravagansa. Saya bukan menyelamatkan ibu itu dan bayinya dari kejatuhan helikopter. Saya hanya menolong ibu itu untuk bisa masuk kedalam lounge. Yang mana di dalam lounge, ibu yang masih muda itu bisa mendapatkan tempat yang membuat dia dan bayinya comfortable. Dan membuat mereka berbahagia.
Sebuah perbuatan kecil dan sederhana yang akhirnya saya sendiripun terlupa. Dan baru teringat lagi Rabu kemarin.
Dan ibu muda itu, pasti dia juga telah lupa atas pengalaman yang dia alami di Blue Sky Lounge beberapa tahun yang lalu. Karena itu bukan pengalaman yang luar biasa. Hanya biasa saja.
Bagaimana dengan bayinya? Apalagi bayinya, dia tidak akan pernah tahu apa yang pernah terjadi ketika dia tidur saat itu. Dia juga tidak akan pernah tahu kejadian itu, karena sang ibu juga tidak akan pernah cerita. Karena itu bukan pengalaman hebat dan luar biasa yang dialami oleh sang ibu yang layak untuk diceritakan kepada anaknya.
Sebuah kejadian yang kecil dan sederhana.
Tetapi ketika saya teringat kembali kejadian kecil dan sederhana itu, saya merasa bahagia. Ya, saya merasa bahagia karena saya telah memberikan sebuah kesempatan yang membuat ibu itu bahagia bersama bayinya.
Seringkali kita salah dalam cara berpikir, bahwa hanya hal-hal yang besar dan luar biasa yang bisa membuat orang lain berbahagia. Sehingga ketika kita menunggu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang besar, kita telah kehilangan banyak kesempatan kecil yang sebenarnya bisa membuat orang lain merasa bahagia. Lakukan hal-hal kecil dan sederhana yang bisa membuat orang-orang yang kita kasihi disekitar kita bisa merasa bahagia. Lakukan juga kepada orang asing yang kita temui.
Kepada orang yang kita kasihi kita bisa melakukan hal kecil, seperti memberikan hadiah yang tidak mahal pada hari yang spesial bagi mereka ataupun hari yang biasa, menulis kartu untuk memberikan apresiasi bagi mereka (bukan SMS, Whatsapp atau Line), dan masih banyak lagi.
Kepada orang asing yang kita temui, kita juga bisa melakukan hal-hal kecil, misalnya: membukakan pintu ketika mereka hendak masuk dan tangan mereka membawa banyak barang, mengambilkan barang mereka yang terjatuh, mempersilahkan mereka masuk lebih dahulu ke dalam lift walaupun kita telah mengantri lebih lama dari mereka, dan masih banyak lagi.
Kadang kita bisa merasa melakukan hal yang bodoh. Tetapi sering kali hal yang bodoh itu membuat orang lain merasa bahagia dan membuat hari mereka lebih cerah.
Do simple things that make others happy.
Kejadian diatas yang saya ceritakan bukanlah kejadian luar biasa, hanya sebuah kejadian biasa yang bisa terlupakan. Tetapi "kehidupan" tidak akan pernah melupakan perbuatan yang kita lakukan yang membuat orang lain bahagia. Dan Tuhan, ya Tuhan akan selalu ingat.
Janganlah pernah lupa, perbuatan sekecil apapun yang kita lakukan yang membuat orang lain bahagia, akan selalu bergema di keabadian. (Joseph Pratana)
2 komentar:
Even a small favor can change someone lives.. we owe it to someone out there..
Pay it forward
So true, Pak Tony
Posting Komentar