Saya menoleh ke arahnya, yang mana dia berdiri disebelah kanan saya di depan konter Silk Air. Saya yang juga ada di konter Silk Air tapi yang sebelah kiri dapat mendengar dengan jelas perkataannnya karena kita hanya terpisah sekitar 2 meter.
Kejadian ini terjadi sekitar 3 tahun yang lalu di Bandara Udara Juanda (saat ini adalah Terminal 1, tiga tahun yang lalu masih belum ada Terminal 2), saat saya akan pergi ke Singapore.
"What's the problem?", tanya saya kepadanya. Menilik dari pakaiannya, dia adalah seorang businessman berkebangsaan India, dengan pakaian yang rapi dan dasi.
Dan dia menerangkan ke saya dalam bahasa Inggris yang bagus, bahwa dia harus membayar airport tax sebesar Rp. 150.000,-- (yang mana dia tidak tahu kalau harus bayar airport tax) dan uang rupiah yang dia bawa tidak mencukupi jumlah itu. Dia sudah kehabisan uang rupiah. Dan konter Silk Air tidak menerima pembayaran credit card. Dia menambahkan lagi 10 US dollar dan masih belum mencapai jumlah Rp. 150.000,-- Masih kurang Rp. 20.000,--
"How am I suppose to do?!", tanyanya lagi ke petugas konter Silk Air.
Saya melihat ke arah 2 petugas konter Silk Air yang keduanya adalah wanita, dan mereka hanya menampakkan wajah seperti patung batu.
Saya membuka dompet saya, mengambil selembar uang sebesar Rp. 20.000,-- dan mengulurkannya ke petugas Silk Air. Kedua petugas konter tampak terkejut di wajahnya. Demikian juga wajah pria India itu cukup kaget.
"Take it, I pay it for him." kata saya ke petugas konter Silk Air.
Petugas konter masih tidak berani mengambil uang yang saya sodorkan, dan mereka berdua mengalihkan pandangan dari melihat saya ke melihat pria India.
"Sir, how can I pay you back?", tanya pria India itu sambil memandang ke saya.
Dia bertanya ini karena dia tahu bahwa dia tidak akan bertemu saya lagi nantinya.
"You don't have to.", jawab saya singkat sambil tersenyum kepadanya.
"Thank you, sir.", ucap pria India itu.
Setelah itu baru petugas konter menyambut uang yang sudah saya sodorkan sejak tadi.
Pria India itu selesai lebih dahulu dari saya (mengambil boarding pass) dan ketika akan meninggalkan konter, dia mengucapkan terima kasih lagi kepada saya dalam bahasa Inggris.
Saya yang masih menunggu boarding pass saya yang lagi diproses, hanya menjawab: "God bless you."
Kalau dipikir lagi kejadian itu, saya malah rugi kehilangan uang sebesar Rp. 20.000,--. Ya, karena saya tidak akan bertemu dengan dia lagi. Saya tidak mengenal dia, bagi saya dan dia, kita adalah 2 orang asing (two strangers). Saya melakukan itu untuk menolong dia. Melakukan kebaikan bagi orang lain.
Kalau saya memikir lebih jauh lagi tentang apa yang saya lakukan kepada orang India itu, sebenarnya saya tidak melakukan itu untuk dia. Tetapi saya melakukan itu untuk diri saya sendiri.
Sebenarnya kalau kita melakukan perbuatan baik kepada orang lain, kita tidak melakukan itu untuk orang lain tetapi kita melakukan itu untuk diri kita sendiri. Dan orang lain kepada siapa kita melakukan perbuatan baik, hanyalah efek atau akibat dari perbuatan baik kita.
Karena setiap perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang lain, akan membuat kita menjadi orang yang lebih baik lagi. Tidak peduli apakah orang yang kita tolong itu berterima kasih kepada kita atau tidak.
Have a good day.
4 komentar:
Terimakasih pk Yoseph Pratama sdh berbagi pengalaman yg sngt menginspirasi
Sama-sama, Bu.
Saya juga senang kalau artikel yang saya tulis bisa menginspirasi Ibu.
Tidak terasa tindakan Bapak berdampak ke org india itu dan ke penjaga counter secara langsung juga org2 yg ada di sekeliling. Tetap jadi berkat pak.. Sangat memberkati ceritanya. Tuhan berkati
Love it... 😍
Posting Komentar