Diantara semua itu, saya cukup dekat dengan dua orang yang mana usia mereka terpaut 3 tahun dan 6 tahun dengan saya. Kedekatannya dimulai ketika bulan-bulan pertama saya berlatih di gymn, sekitar Februari - Maret 2014. Itu dikarenakan faktor umur diantara kita, karena jika dibanding dengan yang lainnya, kebanyakan dibawah 30 tahunan.
Setelah itu kami saling berjanji untuk berlatih pada hari yang sama. Waktu berlalu dan setahun telah lewat. Dan relationship diantara kami hanya sekitar gymn itu saja. Kadang kala kami berpapasan di mall atau Starbucks dan ... that's it. Itu saja.
Kemarin, salah seorang dari teman saya berkata, "Kita sudah lama tidak bertemu bertiga ya."
Saat itu kami baru saja selesai berlatih dan bertiga berdiri di samping ring dan omong-omong.
Saya menjawab, "Ya, tiga minggu ini kita tidak pas. Saling tidak ketemu pas latihan."
Saat itu saya merasakan dalam hati saya, bahwa diantara kami semua telah terjalin tali persahabatan. Persahabatan yang lahir tanpa kita rencanakan. Dan juga tidak kita paksakan untuk lahir.
Persahabatan memang tidak bisa dipaksakan. Itu timbul dan terjadi secara alamiah, bagai tanaman yang tumbuh dengan sendirinya tanpa kita tahu siapa yang menanam. Padahal kalau kita menanam tanaman itu, dia malah tidak tumbuh. Demikian juga dengan yang namanya persahabatan atau friendship.
Persahabatan bisa timbul tanpa memandang gender, ras, status dan kelas sosial.
Seseorang pernah bertanya kepada saya tentang hubungan persahabatan saya dengan seseorang. Dan saya menjawab bahwa hubungan saya dengan orang tsb, hanya formil saja. Walaupun saya sering terlihat melakukan kegiatan bersama dulunya (sekarang sudah tidak lagi). Kedekatan yang dilihat oleh orang lain, belum menggambarkan keadaan sebenarnya dari hubungan (relationship) seseorang.
Saya pernah berkenalan dengan sepasang suami istri. Yang interaksi antara saya dengan mereka tidak cukup lama, singkat saja. Kadang bertemu dan saling bertukar kata-kata dan tidak lebih dari 5 menit. Tapi saya merasakan adanya kedekatan antara saya dengan mereka. Setiap bertemu seakan kita sudah kenal bertahun-tahun.
Seakan alam yang menentukan lahirnya sebuah persahabatan. Seleksi alam atau natural selection. Tapi saya lebih suka menggunakan istilah "Tuhan yang melahirkan persahabatan diantara kita yang bersahabat".
Saya pernah melihat sebuah persahabatan yang "dipaksa" untuk hadir atau terjadi. Dimana seseorang dengan segala cara mendekati orang lain (orang yang menjadi sasarannya) dengan tujuan supaya mereka bisa bersahabat. Apapun dilakukan mulai dengan memperlakukan "sasarannya" dengan pelayanan yang istimewa, sampai-sampai melalui media sosial (propaganda, supaya orang luar tahu). Pada akhirnya mereka terlihat bersahabat. Hanya saja kita tidak pernah tahu "kualitas" dari persahabatan mereka.
Persahabatan tidaklah menjadi sebuah persahabatan jika ada agenda tersembunyi yang ada diantaranya.
Sebuah persahabatan yang baik, adalah sebuah persahabatan yang terjalin karena persahabatan itu sendiri (for the sake of the friendhip itself). Bukan adanya udang dibalik batu. Atau bukan adanya udang dibalik rempeyek, kata orang Suroboyo.
It is a pure friendship that counts.
Ada respect atau rasa hormat, saling menghargai dalam sebuah persahabatan. Bukannya sebaliknya, dimana semuanya itu hilang setelah lama bersahabat.
Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada orang lain dalam menjalin persahabatan. Karena jika itu terjadi, maka itu sama dengan kita tidak menghormati keberadaan orang lain dalam kita bersahabat.
Kita juga tidak menuntut pihak lain untuk berbuat apa yang kita mau dalam bersahabat. Tetapi justru kita yang harus bisa menuntut diri kita sendiri untuk berbuat yang baik bagi pihak yang lain.
Dalam bersahabat kita tetap menjadi diri kita pribadi. Kita tidak harus menjadi seperti pribadi orang lain yang mana kita menjalin persahabatan. Sehingga menjadi seperti saudara kembar. Walaupun ada yang seperti itu.
Saya mempunyai sahabat yang cara berpikirnya (worldview) bertolak belakang dengan saya. Tetapi hingga hari ini tetap saja saya bersahabat dengan dia. Saya tetap saya dan dia tetap dia. Kita saling "menularkan" hal yang baik dan sehat kepada satu sama lain. Tanpa harus memaksa dia menjadi sama seperti saya.
Bersahabat itu untuk selamanya. Frienship is forever. Anak muda sekarang pakai istilah BFF, Best Friend Forever. Dan itu adalah persahabatan yang sebenarnya.
Karena ada orang yang bersahabat dengan orang lain karena ada "maunya". Dan setelah "maunya" tercapai, maka kiss good bye. Itu bukanlah sebentuk persahabatan tetapi sebuah manipulasi atas sebuah persahabatan. Saya sering melihat type persahabatan semacam ini dalam kehidupan sehari-hari.
Persahabatan bertumbuh melalui test waktu dan keadaan. Susah, senang, tertawa, menangis, dan masih banyak lagi. Dan rentang waktu yang akan menimbulkan kualitas sebuah persahabatan. Prosesnya akan berjalan secara alami. Karena kita tidak bisa memaksakan sebuah persahabatan.
(gambar diambil dari http://r.b5z.net/i/u/10110886/i/Workplace_Arguing_2_Fotolia_651601.JPG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar