GAMBAR BERITA

GAMBAR BERITA

Kamis, 19 Maret 2015

SAYA MENGEMUDIKAN TAXI YANG SAYA TUMPANGI

"Pak, kalau bapak tidak bisa nyetir. Lebih baik saya saja yang nyetir taxinya," kata saya kepada pengemudi taxi yang saya tumpangi.

"Masak bapak yang bayar taxi nya, kok bapak yang nyetir," jawab pengemudi itu sambil badannya miring-miring seperti mauh rebah ke arah kiri.

"Tidak apa apa, pak. Daripada saya ketinggalan pesawat," tegas saya.

-----------

Ini terjadi ketika saya harus ke airport Juanda pada tanggal 19 April 2013. Saya hari itu harus ke Melbourne, terbang dari Singapore jam 24:00 (waktu Singapore). Sesuai jadwal seharusnya saya terbang dari Surabaya ke Singapore dengan pesawat Silk Air jam 17:00. Tapi karena adanya masalah dengan penerbangan jam 17:00 sore hari tu, pihak Silk Air mengganti penerbangan saya dengan maskapai penerbangan lain dari Surabaya ke Singapore. Dan jam berangkatnya jam 13:30. Dan saya ditelpon oleh Silk Air jam 11:30. Pas saya lagi kerja.

Saya dengan amat terburu-buru harus cepat berangkat ke airport. Saya minta tolong ke Michelle, anak saya, untuk menelpon Blue Bird taxi.

Dan saya meninggalkan rumah hampir pukul 12:00. Dan saya tahu butuh waktu 1 jam untuk bisa sampai di Juanda (saat itu masih belum ada Terminal 2) kalau jalan tidak macet.

Begitu masuk taxi, saya bilang ke pengemudi untuk segera cepat ke airport.

Maka mengebutlah taxi dengan kecepatan tinggi, apalagi setelah masuk tol Satelit. Mobil dan truk semuanya disalip.

Nah, setelah memasuki pintul tol yang ada di Pondok Chandra (dekat Surabaya Carnival), taxi yang tadinya berjalan dengan kecepatan tinggi menjadi perlahan dan makin perlahan.

Dan saya sempat tanya ke pengemudi, "Kok tambah pelan, pak. Saya harus cepat sampai airport."

Tahu-tahu saya mendengar si pengemudi merintih-rintih dan badannya miring-miring kesebelah kiri, seakan akan mau rebah. Dan taxi makin menepi dan makin perlahan, bahkan kecepatannya sama dengan orang berjalan kaki.

Melihat gejala tidak beres akhirnya saya berkata ke pengemudi taxi, "Pak, kalau bapak tidak bisa nyetir. Lebih baik saya saja yang nyetir taxinya."

"Masak bapak yang bayar taxi nya, kok bapak yang nyetir," jawab pengemudi itu sambil badannya miring-miring seperti mauh rebah ke arah kiri.

"Tidak apa apa, pak. Daripada saya ketinggalan pesawat," tegas saya.

Kemudian pengemudi itu berkata sambil merintih-rintih, "Maaf, pak. Saya beberapa bulan yang lalu pernah menabrak binatang di daerah Pondok Chandra ini. Dan sekarang saya ketakutan."

Saya menjawab, "Sudah saya aja yang nyetir." Dan taxi berhenti di bahu jalan tol.

Dan saat saya mau membuka pintu penumpang untuk keluar, tahu-tahu pengemudi melarang saya untuk keluar.

Dan dia berkata, "Pak, jangan keluar. Bapak melangkah dari belakang ke depan saja. Sebab kalau Bapak keluar, bisa dilihat oleh taxi lain dan saya bisa dilaporkan."

Saya menurut aja, karena pikiran saya sudah ingin cepat sampai di Juanda.

Pengemudi melangkah pindah dari jok pengemudi ke tempat duduk disebelah kiri dan saya melangkah dari tempat duduk penumpang belakang pindah ke jok pengemudi di depan.

Begitu memegang kemudi, langsung saya tancap gas. Saya salip mobil-mobil dan taxi-taxi yang lewat di tol.

Dan tahu-tahu saya mendengar alarm yang berbunyi.

"Suara apa ini?" tanya saya ke pengemudi yang sekarang duduk di sebelah kiri saya.

Dan dia menjawab, "Oh itu alarm karena bapak sudah melewati batas kecepatan tertinggi."

"Kantor mu tahu tidak?", tanya saya lagi.

"Tidak, pak", jawabnya.

Dan saya tancap gas terus dengan diiringi bunyi alaram yang tidak berkesudahan.

Saat itu dia bercerita kalau beberapa bulan yang lalu dia pernah membawa penumpang ke Juanda pada pagi hari lewat tol. Dan pas melintas di tol daerah Pondok Chandra, sekitar jam 05:00 pagi, dia menabrak binatang. Dan dia sempat melihat bahwa binatangnya seperti kucing atau seperti anjing. Dia tidak pasti karena bentuknya aneh. Dan setelah menabrak, dia berhenti dan turun dari taxi untuk melihat binatang yang tertabrak. Tapi dia tidak menemukan apa pun di jalanan tol itu. Dan dia amat ketakutan.

Itulah sebabnya ketakutannya timbul lagi saat dia melintas jalan daerah itu. Rupanya dia mengalami trauma ketakutan yang amat sangat.

Ketika mendekati pintu gardu masuk Terminal Juanda, dia meminta saya berhenti dan bertukar tempat. Karena dia sudah merasa bisa untuk menyetir taxi lagi. Dan dia takut kalau sampai di Juanda dan pengemudi taxi lain melihat bahwa yang mengemudikan taxinya adalah penumpang. Dia bisa berabe.

Dan ketika mengemudikan taxi setelah melintas gardu masuk airport Juanda ke arah "Keberangkatan", tak henti-hentinya pengemudi itu meminta maaf kepada saya.

Sesampai di depan tempat "Keberangkatan", saya membayar dan turun dari taxi. Saya berjalan ke arah belakang taxi dengan maksud untuk mengambil koper saya yang ada di bagasi taxi.

Baru jari-jari tangan saya menyentuh handel untuk membuka bagasi taxi, taxinya bergerak meninggalkan saya dengan koper saya masih di dalam bagasinya.

Untungnya saya sigap bergerak meloncat maju mengejar taxi dan tangan saya sempat menggedor pintu bagasi beberapa kali. Dan taxi berhenti.

Si pengemudi keluar dari taxi sambil meminta maaf lagi dan membukakan bagasi untuk saya bisa ambil koper saya.

Sambil berjalan masuk kedalam airport, saya tidak habis berpikir kenapa saya bisa mengalami pengalaman yang aneh seperti ini. Sepertinya orang lain tidak akan mengalaminya.

Saya tidak pernah tahu saat itu kalau tiga bulan kemudian saya akan mengalami kejadian yang sama dengan kondisi lebih menegangkan. Tapi itu untuk cerita saya lain kali.

8 komentar:

Unknown mengatakan...

ditunggu pengalaman selanjutnya.. *curious_and_furious*

tony5rdjo mengatakan...

Wuik.. ini calon pengganti Paul Walker di Fast 8... Boleh minta foto dan tandatangan nya ya Pak

Unknown mengatakan...

Wow.... jadi ga sabar dengar cerita lanjutannya pak...

Unknown mengatakan...

This is adventure... just rock n roll beibeh.. :)

pratanacoffeetalk mengatakan...

Boleh, pak tony. Ntar saya beri tandatangan sebuku.

pratanacoffeetalk mengatakan...

Sabar, ntar saya sambung lagi yang berikutnya.

Fauzanah mukhyar mengatakan...

Pengalaman bapak sangat menarikdan unik. beruntung saya bisa membaca tulisan ini.

pratanacoffeetalk mengatakan...

Terima kasih, Fauzanah Mukhyar