GAMBAR BERITA

GAMBAR BERITA

Senin, 23 Februari 2015

HIDUP ITU SEPERTI JAZZ MAINSTREAM

Seingat saya perkenalan saya dengan musik jazz adalah ketika saya masih duduk di bangku SD. Yaitu ketika teman papa saya memberi sebuah kaset lagu jazz  ke papa saya, yang dia rekam dari piringan hitam yang dia miliki. Saya memanggil dia om Charlie.

Bukan berarti saya tidak pernah mendengarkam musik jazz sebelum kejadian itu, tetapi itu adalah saat saya mulai mendengarkan jazz dengan sikap mendengarkan.

Tapi saat itu tidak terjadi apa-apa dalam diri saya saat mendengarkan jazz yang diputar di tape. Tidak ada yang klik dalam diri saya.

Ketertarikan yang berikut terhadap jazz muncul lagi ketika saya mendengarkan lagu Billy Joel yang berjudul "Just The Way You Are" saat saya masih duduk di bangku SMP, tahun 1978. Lagu ini sih memang bukan lagu benar-benar jazz. Tapi lumayan jazzy lah. Apalagi dibagian belakang lagunya ada sentuhan permainan alto sax dari Phil Woods yang adalah musisi jazz. Saat itu minat saya terhadap jazz timbul lagi. Berikutnya saya sempat membeli kaset musik jazz dari Ahmad Djamal.

Setelah itu minat saya terhadap musik jazz hilang lagi, seperti tertelan laut, hilang tak berbekas.

Yang berikutnya persentuhan saya dengan jazz adalah saat saya pacaran dengan Martha yang jadi istri saya saat ini. Dia bicara soal jazz dengan saya dan saya mulai mendengarkan jazz. Tapi setelah beberapa saat, hilang lagi.

Tahu-tahu setelah saya menikah tahun 1992, saya juga lupa kapan terawalinya tapi tahu-tahu saya jadi orang yang gila jazz.

Saya membeli CD (compact disc) jazz dan buku-bulu tentang jazz. Dan yang saya sukai adalah mainstream jazz. Saya belajar tentang jazz dari banyak buku, mulai dari musisi hingga sejarahnya. Saat itu masih belum ada internet di Indonesia, jadi harus beli buku yang lumayan mahal tentang jazz. Sampai sekarang masih ada buku-bukunya. Bahkan mendiang maestro pianis jazz Indonesia, Bubi Chen pernah meminjam buku dari saya. (Perkenalan saya dengan Pak Bubi Chen akan saya ceritakan lain kali)

Nah, karena saya tidak bisa bermain alat musik apa pun. Maka kecintaan saya kepada jazz hanya sebatas mendengarkan saja.

Akhirnya nama-nama seperti Louis Armstrong, Duke Ellington, Count Basie, Ella Fitzgerald, Sarah Vaughn, Teddy Wilson, Art Tatum, George & Ira Gershwin, Charlie Christian, Wes Montgomery, Joe Pass, Charles Mingus, Dizzy Gilespie, Oscar Peterson dan masih banyak lainnya lagi, menjadi nama-nama yang tidak asing bagi saya.

Saat ini koleksi jazz yang saya miliki (yang sudah saya pindahkan dari CD kedalam iPod 160 Gb) telah berkembang dengan banyak musisi-musisi jazz lainnya, misalnya: Wynton Marsalis, Brad Mehldau, Chuck Mangione, dll.

Banyak sekali orang bertanya kepada saya, musik apa yang saya sukai. Dan saya menjawab mainstream jazz. Dan reaksi mereka selalu demikian, " Wah itu jazz berat, saya tidak mengerti."

Sering saya tersenyum kalau mendengar komentar seperti itu. Bagi saya jazz tidak untuk dimengerti. Saya tidak pernah berusaha untuk memengerti jazz. Bagi saya jazz itu untuk dinikmati. I don't wanna try to understand jazz, I just wanna enjoy it. That's all.

Begitu saya mendengarkan jazz, seakan-akan jiwa saya dibawa sebuah aliran air dan saya mengalir pergi bersamanya. And I just enjoy it.

Sebenarnya sama seperti hidup ini, banyak kejadian yang tidak bisa kita mengerti yang terjadi di dalam dan sekeliling hidup kita. Makin berusaha kita untuk mengerti, makin kita jadi bingung. Misalnya kenapa kejadian seperti itu menimpa si A, padahal dia orang yang baik. Mengapa ini terjadi hari ini, bukan kemarin. Misalnya tentang jatuhnya pesawat AirAsia yang baru saja. Dan masih banyak mengapa-mengapa lainnya.

Semakin pikiran kita mencoba mengerti semua itu, semakin level stress kita akan menjadi tinggi. Just try to enjoy everything happens in life. Coba untuk menikmati semua yang terjadi. Hal baik dan tidak baik, suka dan yang tidak kita suka, semua terjadi tanpa kita bisa memilih. Berusaha untuk menikmati semuanya.

Seperti ketika saya mendengarkan musik jazz, saya mengalir bersama kemana musik itu mengalun. Demikianlah dengan hidup, biarlah kita mengalir dengan hidup ini tanpa berusaha untuk mengerti.

Semakin kita berusaha untuk mengerti jazz, semakin kita kehilangan keindahan dari jazz. Semakin kita berusaha untuk mengerti atas hidup ini, semakin kita kehilangan the beauty of life.

(foto diambil dari http://www.jazzstandard.com/flash/otherPanels/aboutUsPanel/images/imgii.jpg)

Tidak ada komentar: